Senggigi, Malimbu, Mataram Mall, Pura Lingsar, Taman Narmada, Desa Banyumulek, Desa Sukarara, Sempiak Villas !
Senggigi.. |
Desa Banyumulek adalah sebuah desa
yang merupakan salah satu sentra industri kerajinan gerabah yang ada di Lombok.
Bli Wahyu mengajak saya ke salah satu rumah pengrajin gerabah yang ternyata
adalah rumah teman sekolahnya dulu. “Biar mbak anisya lihat-lihat gerabah,
sekalian saya silaturahmi ke rumah teman lama, mumpung masih suasana lebaran,”
kata Bli Wahyu.
harganya Rp 20.000 euy .. |
Desa Banyumulek terkenal dengan hasil
produk keramiknya dengan bahan dasar tanah liat. Hasil kerajinan keramik atau
gerabahnya bisa dibeli mulai dari harga Rp 5.000. Saya yang tadinya tidak
berniat membeli, tetapi karena harganya murah dan juga bentuknya yang unik,
jadi saya beli saja beberapa bentuk kerajinan gerabah dari Rumah Pengrajin
Gerabah milik teman Bli Wahyu.
Tujuan selanjutnya adalah Desa
Sukarara (baca: Sukarare). Desa Sukarare merupakan salah satu pusat kerajinan
khas Lombok, yaitu Kerajinan tenun. Sesampainya di salah satu Rumah Galeri,
saya disambut seorang Bapak –saya lupa namanya- yang kemudian mengajak saya
berkeliling Desa Sukarare, melihat wanita-wanita Desa Sukarare menenun, sambil
menceritakan banyak hal mengenai Desa Sukarare.
Rumah Adat Suku Sasak |
Hey, that's me ! Baju adatnya itu namanya Lumbung. |
Di Desa Sukarare, hampir seluruh wanitanya
bekerja sebagai penenun. Saya terkagum-kagum melihat bagaimana cara mereka
menenun. Sangat teliti, telaten. Dan anggun. Wajar saja kain tenun harganya
mahal, proses pembuatannya sangat rumit ! Kalau salah penempatan satu benang
saja, pasti akan berubah hasilnya. Untuk membuat satu kain songket Lombok
dengan motif sederhana diperlukan waktu satu minggu. Semakin rumit motifnya,
semakin lama proses pembuatannya. Kain Songket Lombok sendiri mempunyai motif
yang khas, yaitu motif rumah adat serta motif (semacam) tokek.
Saya sempat ditawari untuk mencoba belajar menenun. Tapi saya tolak. Takut.
Kalau tiba-tiba saya salah tarik satu benang, bisa gawat nanti, hehe.
Next: Makan !
Setelah dari Desa Sukarare,
saya dan Bli Wahyu akhirnya memutuskan untuk cari makan di sekitar Praya saja.
Sebenarnya saya masih ingin ke Senggigi, tapi karena jam 5 sore saya harus jemput
teman di Bandara dan setelah itu langsung ke Sempiak Villas di Selong Belanak,
jadi terlalu jauh kalau harus balik lagi ke Barat, ke Senggigi. Nggak searah
kata Bli Wahyu.
Bli Wahyu lalu mengajak saya makan di
sekitaran Terminal Praya. Makanan yang disediakan semuanya khas Lombok. Ada
Bebalung, Beberok, Pelecing Manuk, sama Lindung. Bebalung itu sup iga sapi.
Rasanya seger. Trus Beberok itu sambal bawang khas Lombok, isinya kalo nggak
salah ada kacang panjang, ada terongnya juga. Sayangnya saya nggak terlalu
suka, karena rasanya agak mentah, hehe.
Bebalung |
Beberok |
Pelecing Manuk itu ayam di pedesin
gitu deh. Enak banget dan pedes banget. Satu porsi saya habiskan sendiri. Bli
Wahyu nggak terlalu suka makanan yang pedes banget soalnya. Dan Pelecing
Lindung itu belut yang dipedesin gitu. Enak banget ! Saya sendiri juga heran,
saya sukses menghabiskan satu porsi Pelecing Manuk + satu porsi Pelecing
Lindung. Enak banget soalnya.
Pelecing Lindung (Belut) |
Pelecing Manuk (Ayam) |
Setelah hampir mabok karena kekenyangan,
saya dan Bli Wahyu keliling kota Praya sebentar dan kemudian jemput teman di
Bandara lalu langsung menuju Sempiak Villas di Selong Belanak.
Pemandangan
yang bisa dilihat selama dalam perjalanan ke Sempiak Villas, selain rumah-rumah
penduduk, kebun tembakau, sawah, dan barisan kerbau lewat, nggak sedikit juga
monyet-monyet yang keliatan berkeliaran di sisi jalan.
Perjalanan menuju Sempiak Villas |
Sampe
di Sempiak Villas udah agak gelap. Ada rasa gelo (semacam nyesel dalam bahasa
jawa) karena nggak sempet lihat sunset di Pantai Selong Belanak. Tapi nggak
papa, berharapnya next day bisa ketemu sunset. And that’s it cerita Lombok Trip
saya untuk hari pertama..
Untuk review
tentang Sempiak Villas, bisa dibaca di sini.
to be continue.. J
No comments:
Post a Comment